Rabu, 06 Januari 2010

The Blind Owl : Dunia Retak Sang Pecinta


Penulis : Sadeq Hedayat
Penerbit : Dastan Books
Gendre : Fiksi Romatis
Kategori : Psikologi
Halaman : 348


SUNGGUH ‘kenikmatan’ adalah kata yang sensasional dan menakutkan! Sekadar menyebutkannya saja, hati menjadi terkoyak, senyum minggat dari bibir, dan rasa senang segera sirna, karena ia menimbulkan kekhawatiran, depresi, serta mendorong segala bentuk pemikiran kusut.

Hidup dan mati tidak dapat dipisahkan. Andai tiada kehidupan, tidak mungkin ada kematian. Oleh karena itu, kematian harus ada supaya hidup memiliki makna. Segala sesuatu, baik bintang yang paling besar di langit maupun partike terkecil di muka bumi—bebatuan, tumbuhan, dan binatang—cepat atau lambat akan mati. Semua itu diadakan dan satu per satu akan dikembalikan ke alam ketiadaan. Semua akan berubah menjadi segenggam debu dan menjadi sirna. Namun begitu, bumi terus berputar dengan cepat di langit tak berujung. Alam melanjutkan kehidupannya melalui sisa-sisa kematian: matahari bersinar, angin sepoi-sepoi berhembus, bunga-bunga memenuhi udara dengan keharumannya, burung-burung berkicau. Semua makhluk hidup menjadi gembira. Langit tersenyum, bumi memasok makanan, Malaikat Maut menuai panen kehidupan dengan sabit tuanya...


Kematian memperlakukan semua makhluk hidup tanpa pandang bulu dan menetapkan nasib mereka tanpa memihak. Kematian menyandingkan manusia, tumbuhan, dan binatang di kuburan gelap mereka. Hanya di kuburan, para algojo dan pengisap darah berhenti bertindak zalim, dan orang-orang yang bersalah tidak dianiaya. Di kuburan, tiada sang penindas maupun si tertindas. Tua dan muda beristirahat dengan tenang. Tidur nan damai dan menyenangkan! Orang tidak akan pernah melihat pagi berikutnya dan tidak akan pernah mendengar gembar-gembor dan hiruk-pikuk kehidupan. Kematian adalah tempat terbaik, tempat perlindungan dari rasa sakit, pedih, penderiataan, dan kekejian. Dengan kematian, api nafsu yang berkilauan dan kesemrawutan menghilang. Semua peperangan, perselisihan, dan pembunuhan di kalangan manusia berakhir. Keganasan, konflik, serta pemujaan-diri mereka surut di kedalaman tanah yang dingin dan lubang sempit kuburan.

Bila kematian tiada, setiap orang akan merindukannya. Tangisan-tangisan keputusasaan akan menjulang ke langit. Setiap orang bakal mengutuk alam. Betapa kehidupan terasa menakutkan dan menyakitkan bila tanpa akhir. Di kala cobaan hidup yang keras dan sulit memadamkan cahaya kemudaan yang memperdayakan, di kala mata air kebaikan mengering, di kala kedinginan, kegelapan, dan keburukan menimpa kita, kematianlah yang mengobati keadaan itu. Kematianlah yang meletakkan fisik bukngkuk kita, atau wajah keriput kita, dan badan kita yang merana ke tempat peristirahatannya.

Wahai kematian, kau mengurangi kesedihan dan duka kehidupan, serta membuang beban beratnya dari pundak kami. Kau mengakhiri penderitaan manusia-manusia pengelana bernasib buruk yang tak bahagia. Kau adalah penangkal kesedihan dan keputusasaan. Kau keringkan mata yang berlinang. Kau bagaikan seorang ibu pengasih yang memeluk dan membelai anaknya, menidurkannya selepas badai. Kau berbeda dari kehidupan—yang pahit dan kejam. Kau tidak menyeret manusia kepada kesesatan dan kebejatan moral, lalu melemparkannya ke pusaran air yang mengerikan. Kau menertawakan kekejaman, kerendahan, keegoisan, kekikiran, dan keserakahan manusia, dan menyembunyikan perbuatan mereka yang tak pantas. Siapakah yang belum meneguk anggurmu? Kenapa mereka tertipu dan menuduhmu? Kaulah cahaya yang memancar, tetapi mereka menganggapmu kegelapan. Kaulah malaikat kebaikan yang membawa keberuntungan, tetapi mereka berkabung dengan jerit tangis kala kau tiba. Kau bukanlah pembawa duka dan ratapan. Kaulah penawar bagi hati yang sedih. Kau membuka pintu harap bagi kaum yang tiada memiliki harapan. Kau menghibur kalifah kehidupan yang lelah dan tiada daya, lalu membebaskan mereka dari penderitaan mereka. Kau patut mendapat pujian. Kau abadi...


000


Di atas adalah sebagian cuplikan dari cerita dalam novel ini. Yang bisa saya katakan adalah, novel ini penuh makna. Penuh inspirasi dan perenungan akan hidup. Beberapa di antaranya malah berbicara tentang kematian. Banyak intrik-intrik sosial dan lainnya diramu dengan begitu apik dalam novel ini. Tentunya selain kata-kata yang indah yang akan kita dapatkan tatkala membaca novel ini, kita juga akan disuguhkan secara tidak langsung isi hati si pengarang sendiri. Memberitahukan seolah-olah semua yang dialami dalam kisah ini merupakan kisah yang dialami sendiri oleh Sadeq Hedayat. Beberapa bagian di novel ini mungkin bercerita agak berat, jadi siap-siap saja memberikan ruang bagi otak Anda untuk berfikir, walaupun tentu saja, menurut saya, tidak terlalu seperti itu. Yah kembali lagi, it's depend on person, tergantung orang yang membacanya. So, bagi Anda yang belum baca dan mencintai kisah perenungan hidup serupa, namun diramu dengan kata-kata yang indah dan apik, novel ini patut untuk Anda perhitungkan.

Tidak ada komentar: