Kamis, 14 April 2011

Kisah Bulan dan Matahari

"Hei, Bulan, kenapa kau dulu sangat membutuhkanku?"

"Aku tidak tahu, Matahari. Mungkin dulu kau segalanya bagiku, selalu memberiku cahaya sehingga membuatku ikut bersinar."

"Lalu, bagaimana sekarang? Apa cahayaku masih melingkupimu?"

"Em... kalau itu, jujur, aku bingung menjawabnya."

"Kenapa?"

"Aku merasa cahayamu tak seperti dulu lagi."

"Maksudmu, kau sudah tak membutuhkanku lagi?"

"Bukan begitu. Aku masih membutuhkanmu, tapi mungkin tak seperti dulu lagi."

"Kau mengkhianatiku."

"Bukan, aku tidak mengkhianatimu, tetapi mungkin, kau telah mengkhianati dirimu sendiri."

"Aku benar-benar tak mengerti kata-katamu sama sekali."

Selasa, 12 April 2011

Sebab


Sebab, cinta tak butuh banyak kata

Buang semua puisi yang pernah kuberi
Lupakan semua kata mesra yang pernah kuucap
Perhatikan saja berapa lama aku di sini

Sekarang, berhentilah untuk menatap masa lalu
Rajutlah impian kita setiap waktu
Tanpa ada egomu, ataupun egoku
Berjalanlah bersama sebagai satu

Sebab, cinta tak hanya ingin sementara.




Janganlah lupa untuk mengerti
Berlajar pula untuk selalu memberi
Jadikan kesuciannya tetap abadi
Sebab nyatanya, aku memang tulus mencintaimu---sampai mati

Jumat, 08 April 2011

Surat - 'Semoga Bahagia'


Untukmu,

Aku setidaknya sudah berusaha memberikan semua yang kubisa, dan kau selalu merasa tidak cukup---tak pernah cukup. Air mataku selalu tak bisa menjadi bukti bahwa aku mencintaimu, bahwa kata-kataku bukanlah sebuah isapan jempol yang berbahaya, dan hingga kini, kau masih terus sama; mempertanyakan hal itu kepadaku yang tengah berlinang. Kau masih meminta aku mencintaimu dengan sepenuh hati sementara kau sendiri tak menyertakan hatimu ke dalamnya. Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Aku tak tahu lagi maumu seperti apa. Kau sudah semu, sebuah ilusi imajiner yang semakin menjauh dan kian menghilang. 

Kamis, 07 April 2011

Hilang


"Kau melangkah begitu cepat, melaju ke arah perubahan yang tak bisa kukenali, hingga akhirnya aku berhasil mengikuti langkahmu, tetapi sayangnya, tak ada apa pun yang kudapati di ujung jalan itu---bukan dirimu."

Senin, 04 April 2011

Jauh




Entahlah, setiap detiknya kurasa dirimu semakin menjauh dan semakin berakumulasi dengan sekitarmu. Yah, aku tahu kalau setiap orang akan mengalami perubahan dalam dirinya, akan tetapi, tampaknya aku belum terlalu siap dengan perubahan yang sedang kau lakukan. Aku butuh tahap-tahap penyesuaian diri. Ini sungguh-sungguh berbeda dari kau yang dulu; di mana kau akan selalu ada dan aku pun begitu. Aku sepenuhnya tak pernah tahu, atau sesungguhnya bisa kukatakan, aku tak pernah diberitahu, mengapa dirimu berubah seperti ini. Namun aku tetap berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahanmu itu. Sayangnya, semakin aku berusaha menyesuaikan diri, semakin aku merasa ada yang menolak diriku. Aku tak pernah tahu apa itu. Begitu saja kurasakan. Semua ini bagaikan sebuah titik anomali. Aku berusaha keras agar tak terjebak dan mengambil cara lain. Aku berusaha untuk tak jemu mengiringi jalanmu, berusaha kembali menemukan jejak-jejak langkah yang kau tinggalkan. Aku berusaha menjaga hatiku.

Terkadang, segala sesuatu yang kau tunjukkan, atau perlihatkan kepadaku, membuatku merasa gamang dengan apa yang ada dalam dirimu. Aku, setidaknya, di beberapa waktu, merasa sulit untuk mengerti jalan pikiranmu. Aku terjebak di antara harapan-harapan yang ada di dalam kepalaku tentang dirimu. Aku berusaha menutup dan memperbaiki sebaik mungkin kebocoran dan kelalaianku dalam mengimajinasikan dirimu di anganku. Aku berusaha menyempurnakan mimpi-mimpiku akan dirimu. Dan, alhasil, aku tak pernah berhasil.