Sabtu, 30 Juli 2011

Love and Hate

Malam ini, earphone ponselku untuk kesekian kalinya terselip lagi di telingaku, kaku, sama seperti bulir-bulir air mata yang masih menetap di sudut-sudut kelopak mataku, menolak jatuh. Aku tak tahu harus berbuat apa. Bingung. Dilema. Bukti bahwa kesedihan baru saja melandaku. Baru sepuluh menit berlalu sejak percakapan itu selesai, berakhir untuk selamanya. Entah kenapa, dunia seperti runtuh dengan tiba-tiba, langsung menimpaku saat itu juga. Aku tak bisa mengelak atau mengira-ngira bahwa hal itu tak akan terjadi sebelum terlambat. Mau diapakan lagi. Toh sekarang, semuanya tidak bisa diputar balik. Ini dunia nyata, bukan mimpi, dan ini adalah fakta yang meskipun berat, harus kuterima.