Sabtu, 30 Juli 2011

Love and Hate

Malam ini, earphone ponselku untuk kesekian kalinya terselip lagi di telingaku, kaku, sama seperti bulir-bulir air mata yang masih menetap di sudut-sudut kelopak mataku, menolak jatuh. Aku tak tahu harus berbuat apa. Bingung. Dilema. Bukti bahwa kesedihan baru saja melandaku. Baru sepuluh menit berlalu sejak percakapan itu selesai, berakhir untuk selamanya. Entah kenapa, dunia seperti runtuh dengan tiba-tiba, langsung menimpaku saat itu juga. Aku tak bisa mengelak atau mengira-ngira bahwa hal itu tak akan terjadi sebelum terlambat. Mau diapakan lagi. Toh sekarang, semuanya tidak bisa diputar balik. Ini dunia nyata, bukan mimpi, dan ini adalah fakta yang meskipun berat, harus kuterima.


Jujur, kehilangan cinta seperti ini sudah biasa kurasakan, namun akan berbeda jika kau menemukan cinta sejati. Cinta yang membuat duniamu penuh warna, mengorbankan segala sesuatu yang kau punya, jiwa dan ragamu, dan di saat itu, kau pasti bisa merasakan apa yang sedang kurasakan kali ini. Untuk kesekian kalinya keputusannya itu terucap begitu saja, dan berkali-kali pula aku merasa beton-beton penyusun hatiku, keropos sedikit demi sedikit. Kali ini beton-beton itu benar-benar sudah hancur, porak poranda. Aku tak tahu apa yang tadinya ada di kepalanya sampai berani mengatakan hal tersebut. Entah apa yang ada di pikirannya. Aku betul-betul tak habis pikir, kenapa dia bisa seperti itu. Yang kutahu, aku mencintainya dengan segenap jiwaku, tapi setelah dia mengucapkan kata-kata itu dan memutuskan sambungan telepon di antara kami, aku baru tahu dia tidak seperti yang kuduga selama ini. Bersamaan itu pula, rasa cintaku berubah. Berakumulasi sedemikian rupa. Aku seperti dibohongi. Ditipu dengan cara yang sama sekali tidak kuduga. Aku muak. Marah. Begitu jengah bila mengingat kenangan-kenangan di antara kami. Benci bila janji-janji yang pernah dia ucapkan, kembali menggema dalam telingaku. Aku benci, benci sekali. Sampai-sampai aku malu pada diriku sendiri, tak sanggup menatap hari esok. Aku malu menghadap dunia. Aku berharap, jauh sebelum semua ini terjadi, aku tak pernah mengenalnya. Aku berharap, cinta dan benci tidak mempermainkan hidupku.

Tidak ada komentar: