Jumat, 08 April 2011

Surat - 'Semoga Bahagia'


Untukmu,

Aku setidaknya sudah berusaha memberikan semua yang kubisa, dan kau selalu merasa tidak cukup---tak pernah cukup. Air mataku selalu tak bisa menjadi bukti bahwa aku mencintaimu, bahwa kata-kataku bukanlah sebuah isapan jempol yang berbahaya, dan hingga kini, kau masih terus sama; mempertanyakan hal itu kepadaku yang tengah berlinang. Kau masih meminta aku mencintaimu dengan sepenuh hati sementara kau sendiri tak menyertakan hatimu ke dalamnya. Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Aku tak tahu lagi maumu seperti apa. Kau sudah semu, sebuah ilusi imajiner yang semakin menjauh dan kian menghilang. 



Sudahlah, aku sudah lelah dengan semua ini. Apa pun yang kau mau, aku sudah merelakan. Aku sudah tahu konsekuensinya, dan kau pun begitu. Kurasa kau sudah cukup dewasa untuk menilai apa yang salah dan apa yang bodoh pada diriku. Ingatlah, setiap manusia, terutama aku, mencari bahagia di dunia ini, bukan tangis dan air mata. Bukan hina dan cerca. Semua kata-kata yang kau ucapkan itu, mau tak mau aku ingat; baik dan buruk, dan sekonyong-konyong telah menghujam cinta sekaligus kehormatan dan harga diriku dalam sekali lesatan. Aku mengeluarkan tangis sesungguhnya bukan tangis kebahagiaan, tapi tangisan tersakiti oleh kata-katamu. Kenapa kau bisa sekejam itu? Kenapa kau tak menganggapku sebagai manusia yang juga harus dihormati dan dihargai? Bagaimanapun aku selalu setia berada di dekatmu, dari dulu---semenjak dua tahun lalu, tiap jam dan menitnya, menemani kesendirian dan kesedihanmu. Tapi, mengapa kau tak menghargai apa yang telah kuberi dan kulakukan untukmu. Sedikit saja, aku menginginkan pengakuanmu, bahwa aku telah membuatmu bahagia. Sanyangnya, saat ini, aku tak mendapatkan pengakuan itu.

Namun, itu sudah cukup bagiku sekarang untuk menilaimu. Perbedaanmu sudah semakin besar. Dan lagi-lagi, sudah cukup, aku tak mau lagi berurusan dengan cintamu... Semakin aku memaksa, semakin aku akan tersiksa...


Semoga kau bahagia dengan pilihanmu, apa pun itu... 


                                                                                                       Tertanda,

Pria yang Menangis

Tidak ada komentar: