Rabu, 24 Maret 2010

A Little Cup Of Tea

BAB 1 (Siluet 1)

Konon katanya, manusia diciptakan dari setengah malaikat dan setengahnya lagi iblis. Dulu sekali, di istana-Nya, ketika Tuhan merasakan kesunyian hidup dalam keistimewaan dan kesempuraan yang dimiliki-Nya, Dia lalu memutuskan untuk mulai menciptakan sebentuk materi yang bisa menemani-Nya di setiap waktu.

Di dalam laboratorium percobaannya, Tuhan melakukan eksperimen, mensintesa berbagai macam zat unik. Dia adalah seorang alkimia yang handal dan sangat berbakat, sumber dari pemikiran penciptaan yang hebat. Melakukan ekstrak dari berbagai zat, mengkalkulasikan kemungkinan, mencampurnya, kemudian mereduksi zat tersebut hingga menjadi sesuatu. Tanpa perlu mengalami kegagalan uji, Tuhan lalu menghasilkan penemuan pertama-Nya, dan Dia menamakan temuan itu sebagai cahaya dan api. Dua elemen kepatuhan dari sebuah eksekusi yang matang. Cahaya melengkapi api, dan begitupun api tak akan ada artinya tanpa bantuan cahaya. Kedua elemen tersebut berimbang.

Hal inilah yang menjadi titik awal terbentuknya sesuatu yang bisa saling melengkapi. Akan tetapi tanpa disangka-sangka, salah satu dari elemen tersebut bisa bersikap di luar kendali, bukan dalam konteks pembangkangan, tapi hanya melenceng dari awal mula penciptaannya. Dan Tuhan tak semudah itu memusnahkan ciptaannya hanya karena berbeda dari yang seharusnya, berbeda dari konsep penciptaannya. Dan berdasarkan hal tersebut, Tuhan lalu berkesimpulan untuk melakukan proyek eksperimennya yang lain, umpama melakukan sebuah perbaikan dari penciptaan yang Dia lakukan sebelumnya, kembali lagi ke ruang kerjanya dan memikirkan sebuah teori kalkulasi yang rumit, percampuran, bersifat dinamis, yang nantinya dapat tinggal dan menetap di kerajaan Tuhan yang luas.

Setelah berkutat lama dengan metode dan berbagai macam teknik penghitungan hasil akhir, serta melakukan pengukuran yang teruji, Tuhan akhirnya menciptakan sebuah mahakarya agung yang akan menjadi dasar dari penciptaan selanjutnya. Ciptaan itu lalu diberi nama ‘akal’. Saking berharganya akal yang diciptakan Tuhan, Dia lalu membungkus akal tersebut dengan amat sangat hati-hati dalam sebentuk daging dan darah. Melengkapinya dengan berbagai macam kekhususan yang orisinil, dan tak lupa menambahkan DNA-Nya pada daging dan darah tersebut. Memasukkan setitik gen mencipta-Nya. Akhirnya, jadilah manusia yang penuh emosi. Jadilah manusia yang kadang lupa caranya balas budi. Dan karena manusia adalah perpaduan antara malaikat dan iblis, dan karena hidup yang dibuat Tuhan untuk manusia itu merupakan sebuah pilihan, maka sama halnya saat bertanya dengan jawaban alternatif, ‘ya’ atau ‘tidak’, manusia harus memilih salah satunya; surga atau neraka.

Tuhan tidak menciptakan manusia, yang dibalut daging dan darah, langsung dengan segenap pengetahuan di dalamnya. Pada saat akal diciptakan, bentuknya masih rentan dan mampu terkotaminasi material lain, hanya berupa informasi-informasi mendasar. Makhluk setengah kosong yang bisa menyusun prilaku. Dan akhir dari penelitian yang Tuhan lakukan, akal diciptakan secara istimewa, membawa perubahan yang sangat tak disangka oleh-Nya sendiri. Sekali lagi, ini di luar dugaan.

Terdengar kabar mengejutkan bagi orang-orang di desa-desa Barat Prancis beberapa bulan belakangan ini, saat kehidupan manusia mengalami masa transisi modern, bak sebuah kabar angin yang disebarkan merpati, bahwa ada seorang wanita tua yang bisa meramalkan masa depan seseorang. Dia tinggal sendiri di sebuah bukit kecil, di gugusan pegunungan Alpen Barat. Meskipun kabar mengenai wanita tua yang bisa meramal masa depan itu tersiar hingga ke seluruh penjuru Prancis, tetap saja tak ada yang berani berpikir untuk menjejakkan kakinya ke bukit tersebut. Menurut desas-desus panjang yang beredar, pernah ada seorang lelaki yang memutuskan untuk pergi ke bukit tersebut, mendatangi wanita peramal itu untuk mengetahui masa depannya, tetapi anehnya lelaki itu tak juga kembali, seolah hilang ditelan Bumi. Beberapa orang mengatakan kalau lelaki malang itu dikutuk, atau dibunuh untuk dijadikan bahan ramuan sihirnya. Desas-desus mengenai wanita itu sebagai penyamaran dari seorang penyihir yang usianya hampir lima abad, tetap menjadi topik pembicaraan tetap di kalang orang-orang tua di saat minum teh. Menjaga ketahanan fisik wanita peramal itu dengan membuat ramuan awet muda dalam kuali di perapiannya. Banyak nyawa yang dikorbankan untuk ramuan tersebut. Dan orang-orang percaya saat bulan purnama gemuk tersingkap awan, wanita tua itu akan berubah ke wujudnya yang semula; dengan kulit menggelambir, rambut putih, pipi kisut, bibir mengering dan mengerut—tertarik ke belakang menunjukkan kegembiraan, dan matanya berkilat menyeramkan. Tapi toh hingga saat ini, belum ada satu pun yang bisa membuktikan kebenaran berita tersebut. Belum ada bukti sama sekali. Pun lelaki yang hilang itu. Seakan-akan semua penceritaan itu hanya menjadi sebuah rumor yang absurd, yang kedudukannya sama dengan gosip rendahan.

Sementara menurut yang lainnya, orang-orang yang lebih beragama dan berkeyakinan, mempercayai kalau wanita itu perwujudan dari seorang guru spiritual yang datang dari puncak Himalaya, atau dari suatu wilayah di Tibet, dan akhirnya menemukan kedamaian di perbukitan kecil tersebut. Tempat untuk akhir pencapaiannya. Ada pula yang mengira kalau wanita itu seorang gipsi, menguasai ilmu vodoo dan hal-hal yang berbau metafisika, dengan boneka jerami sebagai alat teluhnya. Bahkan ada anggapan gila, tidak masuk akal sama sekali, yang mengatakan kalau wanita tua itu adalah manifestasi dari sebentuk ruh kesucian; ruh dunia, ruh dewa-dewi, yang mewujud sebagai seorang wanita tua. Dengan keajaiban-keajaiban melebihi manusia biasa. Seumpama wanita tua itu hadir di Bumi berkat doa-doa yang dipanjatkan orang-orang untuk perbaikan hidup mereka setiap malam. Hingga pada akhirnya, berdasarkan kelengkapan cerita-cerita tersebut, jajaran bukit itu dianggap keramat oleh orang-orang. Meskipun kebenarannya masih diragukan, tetap saja tak ada yang sudi ke tempat itu, ke tempat di mana sumber dari seluruh kekuatan gaib berkumpul—Bukit Kegelapan.

Bersambung

1 komentar:

Ayuning mengatakan...

sangat menarik...